Tempat
wisata yang satu ini sangatlah unik, sangat berbeda dengan tempat wisata-wisata
lainnya, tempat wisata ini bernama Bledug Kuwu. Jika di Amerika Serikat kita
dapat menjumpai SALT LAKE (padang garam) yang berasal dari dangkalan laut kemudian
berubah menjadi daratan luas, dan pada saat ini daratan tersebut sering
digunakan sebagai ajang pengujian kendaraan tercepat didunia. Lain halnya
dengan dangkalan laut yang terdapat di Indonesia, sekaligus merupakan keajaiban
alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain, namanya bledug kuwu, letaknya
disamping desa kluwu, kecamatan kradenan kabupaten grobogan, juga karena
suaranay yang secara periodik meletupkan bunyi bledug(seperti meriam yang
terdengar dari kejauhan)dari gelembung lumpur bersamaan dengan keluarnya asap,
gas dan air garam. Melalui proses tersebut menjadikan daratan bledug yang
dulunya berada didasar laut, sekarang menjadi daratan yang mempunyai ketinggian
kurang lebih 53m dari permukaan laut. Luas arealnya 45Ha dengan suhu minimum 31derajat
celcius.
Aku berangkat dari Jogja bersama temanku Iba, tanggal 02
Oktober 2011, jam 09.00 WIB, sampainya di Bledug Kuwu siang jam 13.00 WIB (agak
lama karena 1 jam aku habiskan waktu berkunjung ke museum manusia purba di Sangiran).
Perjalanan yang melelahkan karena jalan yang rusak, apalagi dari Purwodadi –Kuwu banyak jalan yang berlubang. Sesampai di Bledug Kuwu aku langsung mengeluarkan kamera kesayangan buat mengabadikan moment jalan-jalan kali ini. Cekidot foto-fotonya langsung reader.
Perjalanan yang melelahkan karena jalan yang rusak, apalagi dari Purwodadi –Kuwu banyak jalan yang berlubang. Sesampai di Bledug Kuwu aku langsung mengeluarkan kamera kesayangan buat mengabadikan moment jalan-jalan kali ini. Cekidot foto-fotonya langsung reader.
Keasikan motret, dan ingin mendapatkan foto letusan Bledug
Kuwu lebih dekat akhirnya aku masuk ke dalam lumpur, itu semua karena
aku tidak membawa lensa tele maka harus memberanikan
lebih dekat walaupun harus hati-hati dengan lumpur yang masih lunak dan
cair. Yang tadinya aku pergi pake sepatu, pulangnya aku mengikhlaskan
untuk memakai sandal jepit yang aku beli di warung Desa Kuwu.
masih juga narsis walau udah masuk lumpur |
aku bersama almahrum sepatu |
Di Bledug Kuwu, ada perbedaan yang sangat mencolok. Selama perjalanan kita
disuguhi oleh pemandangan alam yang indah dan subur, tetapi sangat bertolak
belakang dengan Bledug Kuwu. Daerah yang sangat tandus, panas, dan tidak subur.
Tetapi ini menjadikannya sangat indah, dua sisi yang berbeda. Selain menikmati
keindahan wisata Bledug Kuwu, ternyata disana banyak sekali penduduk desa yang
mencari nafkahnya dari Bledug Kuwu sebagai petani garam. Dari sumber air garam
bledug kuwu, petani garam mengolahnya hingga menjadi garam dapur. Kemashyuran
rasa garam gledug kuwu pernah tercatat dalam sejarah keraton surakarta. Hal ini
dapat dibuktikan melalui berbagai keterangan dari masyarakat sekitarnya.
Didaerah ini terdapat gunungan-gunungan kecil yang puncaknya mengeluarkan lumpur
berwarna kekuning kuningan.
Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan tersendiri, apabila
dilihat dari peta geologi Dr AJ Panekoek, bahwasanya tanah-tanah yang ada
bledugnya adalah jenis Aluvial Plains (tanah endapatan atau tanah mengendap)
bersamaan dengan meletupnya bledug, keluarlah uap, gas dan air garam. Suara
bledug terjadi karena muntahnya kawah yang berupa lumpur dengan warna kelabu
atau kelabu kehitam hitaman, tetapi kalau dicampur dengan air maka akan menjadi
putih. Apabila diendapkan air endapan bledug kuwu adalah tanah kapur dan tepat
sekali apabila disitu dulunya laut kemudian menjadi daratan, karena erosi dari
gunung kapur sudah tentu tanah endapannya mengandung kapur.
Air formasi yang ikut terbawa keluar saat terjadi letupan gas mempunyai kadar garam (salinitas) yang tinggi dan sangat potensial untuk diolah menjadi garam dapur. Kelebihan garam dapur volcano ini adalah sudah mengandung yodium dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan garam dapur hasil olahan dari air laut, meskipun berpotensi mengandung sianida juga, sehingga relatif bisa langsung digunakan tanpa harus melalui proses penambahan yodium lagi kedalam garam.
Secara geologi, fenomena yang terjadi di daerah Kuwu disebut sebagai Mud Volcano atau gunung api lumpur. Setiap ekstrusi pada permukaan lempung atau lumpur Bledug Kuwu membentuk suatu kerucut yang diatasnya terdapat suatu telaga. Ekstrusi tersebut dibarengi dengan keluarnya gas dan air (kadang-kadang juga minyak) secara kuat, bahkan dengan suara ledakan. Seringkali gas yang dikeluarkan terbakar sehingga menyerupai gunung api. Sifat gunung api lumpur ini sangat tergantung kepada iklim dan juga jumlah lempung yang dikeluarkan.
Terjadinya gunung api lumpur biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geologi yang lapisan sedimennya belum tekompaksikan, mempunyai tekanan tinggi dan mengakibatkan timbulnya diapir dari serpih ataupun penusukan oleh serpih. Gejala tersebut juga sering berasosiasi dengan daerah yang disebut ‘over pressured area‘, yaitu daerah tekanan tinggi yang tekanan serpihnya lebih besar daripada tekanan hidrostatik, dengan demikian dapat menimbulkan kesulitan pemboran.Di sisi lain, terdapat cerita legenda yang menyertai terbentuknya Bledug Kuwu. Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat disitu, Bledug kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamolan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya.
Dongengpun selesai, waktu sorenya aku dan teman pulang dari Bledug Kuwu dan sampai di Jogja sudah menunjukan jam 20.00 WIB.
See u next time in my journey.
menarik dongengnya.. sdh lama pingin jelajah ke bledug kuwu tp blm kesampaian jg
BalasHapus@jo the explorer : thanks mas,,,ayo mas ke sna,,,jgn di rencanain,,mendadak ajah,,,kadang yg di rencanain gag selalu jadi,,,hehehe
BalasHapus