Categories

google translate

Senin, 01 Agustus 2011

Kawah Ijen, Antara Surga dan Neraka (2368 mdpl)

Liburan kuliah kali ini, aku memutuskan untuk jalan-jalan ke timur Pulau Jawa, tepatnya ke Kawah Ijen (secara administratif masuk Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso). Dengan naik Kereta Sritanjung, tanggal 27 Juli 2011 aku dan teman aku yahya berangkat dari Jogja (Stasiun Lempuyangan). 

Teman aku yang jadi tour guide kali ini adalah Ragil, yang tinggalnya di Daerah Temuguruh (Banyuwangi).
Pagi-pagi sudah berangkat dari Jogja jam 07.00 WIB, sampai di Stasiun Temuguruh jam 22.15 WIB (Sekitar 15 jam perjalanan dari Jogja- banyuwangi).
Malamnya aku dan Yahya menginap di rumah Ragil :D, dan esok paginya berangkat ke Kawah Ijen.
Dengan mengendarai dua motor, aku dan kedua teman ku langsung tancap gas ke Kawah Ijen.
Kondisi jalan yang rusak, membuat perjalanan semakin lama, di tambah tanjakan yang mesti di tempuh ke Paltuding (basecamp register mendaki Kawah Ijen). Jadi, dari Temuguruh-Banyuwangi-Licin- Paltuding (register basecamp).
jalan rusak....(dari Licin ke Paltuding)
17 km lagi...
Berangkat dari pagi, sampai di Paltuding sore sekitar jam 15.00 WIB.
Paltuding....
di sini tempat registernya,,,, :D
Setelah register, aku dan kedua teman ku memutuskan untuk berangkat jam 2 malam (agar dapat melihat api alami yang ada di Kawah Ijen).
Sambil menunggu malam, aku pun memotret penambang lagi menimbang dan memuat belerang di truk yang lokasinya tak jauh dari Rest Area. Cekidot foto-fotonya :D
lokasi penimbangan belerang..
nimbang,,,
muat,,,
 Udah puas memotret, akupun ke warung pak Im yang ada di rest area. Menunggu dini hari di warung Pak Im (sampai-sampai menumpang menghangatkan badan di warung tersebut, karena ada api unggun,,haha).
ne di dalam warung pak Im,,,
Jam 02 dini hari, kamipun mulai mendaki dan melawan dinginnya malam itu. Dengan jalan yang sudah bagus, melewati Pondok Bunder dan kamipun sampai di pinggiran kawah. Jam 04.30 kami sampai di pinggiran kawah dan langsung di tawari oleh bapak penambang di situ untuk turun ke Kawah dengan di dampingi olehnya mengingat medan yang sulit dan gelapnya subuh.

Tak jarang, kami berselisih dengan penambang belerang dan sempat curhat colongan dengan bapak yang aku abadikn fotonya di bawah ini. Dia bilang, betapa tersiksanya jadi penambang belerang di sini, dengan gaji yang tak seberapa namun resiko pekerjaan yang sangat tinggi. Bayangkan saja, untuk harga 1 Kg belerang seharga Rp625,00, coba saja kalo beban yang dipikul oleh penambang 50 Kg (tergantung kekuatan penambang, semakin muda umur, semakin kuat bebannya), padahal jarak yang di tempuh sangat jauh dan beresiko. Tak salah kalau bapak ini bilang "Kawah Ijen, Surga bagi Pengunjung, tapi neraka bagi kami". Curhatan sebentar itulah yang membuat judul tulisan aku kali ini "Antara Surga dan Neraka".
 
Mendekati kawah, kamipun di lihatkan oleh bapak penambang melihat api biru yang alami (yang abadi walaupun ada hujan sekalipun).
Cekidot foto-foto api biru yang aku ambil pada jam 05.30.
api abadi...
api alam,,
Setelah motret foto api alam, akupun memotret danau Kawah Ijen yang terkenal sangat asam (mumpung asap belerangnya masih di arah yang lain,,,hehe).
di bawa angin,,
pinggiran danau kawah,,,
ijen pagi hari,,
ijen crater
cetak belerang...
penambang makan di tengah belerang,,
narsis dulu,,,haha
jalanan terjal..
my team,,
bersama bule gila dari Perancis,,hahaha
Itulah sedikit potret Kawah Gunung Ijen. Gunung kawah ijen memiliki sumberdaya gunung api bervariasi dan sangat potensial diantaranya   Sublimat belerang yang sudah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri kimia.
Sumber mata air panas bertipe asam sulfat khlorida dengan suhu tujuh puluh derajat celcius dan pH sekitar dua koma enam terdapat didekat lapangan solfatara Ijen.  Danau kawah ijen merupakan reaktor multi komponen yang didalamnya terjadi berbagai proses,  baik fisika maupun kimia antara lain pelepasan gas magmatik,  pelarutan batuan, pengendapan, pembentukan material baru dan pelarutan kembali zat-zat yang sudah terbentuk sehingga menghasilkan air danau yang sangat asam dan mengandung bahan terlarut dengan konsentrasi sangat tinggi.

Setelah puas motret, aku dan teman-temanpun turun dari kawah. Dan barulah kami banyak berselisih dengan para bule-bule yang ingin menikmati alam Kawah Ijen. Kami cukup waktu 1 jam saja untuk sampai ke Rest Area.
Sampai di warung, akupun langsung memesan mie goreng dan teh panas di warung Pak Im. Setelah makan, istirahat sebentar dan langsung pulang ke Temuguruh melewati jalan yang sama waktu pergi.

Sampai di Temuguruh siang jam 13.00 WIB. Sesampai di rumah, akupun langsung istirahat.
Subuh tanggal 30 Juli 2011, aku dan yanhya pulang ke Jogja dengan menggunakan kereta Sritanjung.
nunggu kereta tiba,,,haha...
Yang unik dalam perjalanan ini, di kerata, aku dan Yahya ketemu lagi dengan bapak yang waktu pergi dari Jogja ke banyuwangi (haha,,,akhirnya aku dan Yahya sebangku lagi dengan dia,,,hahaha).
yahya dengan bapak yang sama,,,hahaha
Thanks buat Yahya dan Ragil sebagia teman seperjalanan. Ups, tak lupa dengan bapak yang satu kereta dengan aku (hahaha.....banyak kata-kata ceramah telontar darinya untuk aku,,,hahaha).

See u next time and see u next My Journey . :D

4 komentar:

  1. @jo : yoi bro....kawah ijen gag pernah mati,,, :D keren abiss,,,

    BalasHapus
  2. hahahaa dasar numpangeers :p

    BalasHapus
  3. @mrs way : hahaha...kan lagi hemat,,, :p wkwkwk
    kalo gag irit, gag bs pulang,,,wkwk

    BalasHapus

Kasih komentarnya ya reader :D