Categories

google translate

Senin, 28 Februari 2011

Mana Aku Kenal Rakyat Itu

Mau menulis puisi Taufik Ismail, beliau adalah seorang yang menjadi salah satu inspirasi saya dalam hal tulis-menulis dan bersastra (yah,,walaupun aku gag pandai bermain dengan kata-kata,,hehe). Beliau ialah seorang kritikus hebat yang peka sekali dengan rakyat yang tertindas, tertindas dengan kehidupan dan kebijakan pemimpinnya sendiri. Tragis.

Lebih lanjutnya, langsung aja baca puisi kritis beliau, di tambah dengan ilustrasi foto-fotoku yang maaf kurang bagus.. Senyum malu Senyum dengan mulut terbuka

Mana Aku Kenal Rakyat Itu

Siapa itu rakyat? Dimana alamat mukim mereka, bagaimana potret nafkah
mereka, tunjukkan konfigurasi kesehatan mereka, tolong perjelas status mutakhir demografi sesungguhnya,
Karena itu di masa puncak kelaparan, saya dengan ringan bisa makan
di pesta perkawinan yang satu porsi tagihan lima puluh ribu
rupiahnya, setara untuk mengisi perut 50 orang miskin
perkotaan dan pedesaan, dengan musik Kopi Dangdut
bising memecah gendang telinga,

rakyat2
Siapa itu rakyat? Kalau tak silap rakyat adalah kumpulan selugu-lugu
wajah, gampang dibariskan, mudah dicatat sebagai sederetan angka, menerima saja dihujani sejuta kata-kata dengan perangai tak banyak tingkahnya,
Karena itu di waktu satu bangsa ditebas sengsara, saya enteng-enteng
saja melahap daging bulat smorgasbord Skandinavia dan rijstafel Hindia Belanda seporsi seratus ribu rupiahnya, setara untuk melepaskan pedih lambung sekali makan 100 orang miskin kota dan desa,
sementara daun telingaku di acara ulang tahun itu dipijat-pijat lagu Kukuruku Amerika Latin yang merdu itu,

rakyat4
Siapa itu rakyat? Di mana kawasan geografi mereka, bagaimana lapisan
asli populasi mereka, peragakan patologi pencernaan
mereka, lalu perinci naik-turun tensi rohani orang-orang itu
yang sesungguhnya,
Sebagai penimbang rasa betapa saya luar biasa pendusta.

malu pemimpin tercermin dari rakyat...

jurnalis

Puisi “Mana Aku Kenal Rakyat Itu” karya Taufiq Ismail ini ditulis pada tahun 1998.

Puisi ini memotret kehidupan para pejabat dan para pemegang kekuasan di negeri ini yang hanya menggembungkan perut mereka saja dengan melakukan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme tanpa memperhatikan rakyat kecil !!!!!!!!.

1 komentar:

Kasih komentarnya ya reader :D