Categories

google translate

Minggu, 06 November 2011

Batubara Di Daerah Karst

Batubara terbentuk karena sisa-sisa tumbuhan (tumbuhan telah mati/tumbang) yang terpendam tanah atau batuan dalam waktu sangat lama. Menurut Kuswanto, dkk. (1983:32) bahwa jenis tumbuhan tropis pembentuk batubara adalah gelamariacen, hapidodendrale, danpkridadperma (pohon yang daunnya seperti pakis). Tanah atau batuan yang menimbun tersebut dari sedimentasi yang terakumulasi terus-menerus hingga terjadi perubahan situasi geologi. Sisa-sisa tumbuhan yang terpendam tersebut memperoleh tekanan dalam waktu sangat lama hingga kemudian terbentuk batubara. Batubara bisa juga terbentuk melalui kontak dengan panasnya magma yang ada di bawahnya. Di samping kedu hal tersebut, batubara bisa terjadi melalui pengaruh tekanan dan kontak dengan panasnya magma.

gambar 1 
Selanjutnya, Kuswanto dkk. (1983:33--34) menjelaskan tentang batubara sebagai berikut:
Syarat-syarat terbentuknya batubara:
1. Hutan tropika di daerah berawa-rawa.
2. Merupakan daerah geosinklinal yang mengakibatkan:
a. Lapisan-lapisan organisme terputus hubungannya dengan udara, sebab kemungkinannya besar sekali di atas organisme itu akan terjadi lapisan lempung. Lempung merupakan bahan penutup yang baik sekali.
b. Lapisan di atasnya makin tebal hingga menimbulkan suhu dan tekanan yang tinggi.

Proses pembentukan batubara disebut proses inkolen, yakni kadar air dan bahan-bahan mudah menguap yang ada dalam sisa-sisa tumbuhan tersebut makin kecil, sedang kadar C (arang) makin bertambah. Proses ini berlangsung dalam dua tahap, yakni:

1. Proses biokimia
Proses ini dijalankan oleh bakteri anaerob dalam keadaan diagenesis, artinya sisa-sisa tumbuhan itu menjadi keras lantaran beratnya sendiri. Proses ini mengakibatkan sisa-sisa tumbuhan tersebut berubah menjadi turf, yaitu sisa-sisa tumbuhan yang masih utuh tetapi sudah mengalami perubahan warna.

2. Proses metamorfosa
Dalam proses ini bakteri dalam sisa-sisa tumbuhan sudah tidak ada lagi dan telah tergantikan oleh pengaruh tekanan dan suhu tinggi dalam waktu yang lama.

Berdasarkan kedua proses tersebut di atas, batubara dapat diklasifikasikan menurut kadar C-nya, yaitu:
a. Kayu, apabila kadar zat arangnya sebesar 50%
b. Turf/veen, apabila kadar zat arangnya 59%
c. Batubara muda, jika kadar zat arangnya 69%
d. Batubara gas, jika kadar zat arangnya 80%
e. Batubara gemuk, jika kadar zat arangnya 88%
f. Grafit, apabila kadar zat arangnya 100%
g. Antrasit, apabila kadar zat arangnya 95%
h. Batubara kering, apabila kadar zat arangnya 92%
gambar 2 
Kedua gambar dalam posting ini merupakan hasil dokumentasi "nuansa masel" mengikuti kuliah lapangan mahasiswa jurusan Fisika program studi Geofisika FMIPA UB di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Gambar atas merupakan formasi batubara pada sebuah singkapan pada tanah dan/atau batuan gamping yang membentuk tebing setinggi lebih kurang 7m di Desa Sumberagung. Lapisan batubara tersebut terdapat pada lahan milik penduduk yang diatasnya ditanami pepohonan dan tanaman semusim. Sekilas lapisannya hanya tipis saja yang mungkin depositnya juga relatif kecil. Menurut "nuansa masel", fenomena ini menjadi menarik karena lapisan batubara ini terkubur oleh lapisan sedimen yang berupa tanah dan/atau batuan kapur. Kalau daerah setempat berbatuan induk kapur, berarti daerah tersebut dulunya merupakan laut. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan yang membentuk batubara tersebut, dahulunya merupakan tumbuhan tropis yang hidup di rawa-rawa pantai.

Sedangkan gambar ke-2, merupakan lapisan batubara yang terdapat di tebing sungai karst yang lapisan tanah berbatuan induk kapurnya telah tergerus erosi. Batubara tersebut juga berlokasi di desa Sumberagung. Sekilah depositnya juga relatif terbatas. Sekedar diketahui bahwa di antara batuan kapur di Kecamatan Sumbermanjing ini ditemukan pula formasi batuan vulkanis (batuan beku) sebagai penyelingnya. Adapun untuk manfaat batubara ini dapat dilihat pada posting sebelumnya.

Sumber:
- Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia.Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Kuswanto, dkk. 1983. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa 1. Solo: Tiga Serangkai.
- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasih komentarnya ya reader :D